Dari Uqbah Ibn Amir RA berkata,” Aku bertanya kepada Rasullah tentang keselamatan.” Beliau pun menjawab, “Jagalah lisanmu, menetaplah dirumahmu (tatkala terjadi fitnah atau kemungkaran merajalela), dan menangislah atas dosa-dosamu.” (HR. Turmudzi)
Abdurrahman Ibn Abdullah Ibn Mas`ud berkata bahwa Ayahnya berkata kepadanya, “Takutlah terhadap Tuhanmu, menetaplah dirumahmu, kuasailah lidahmu, dan menangislah dengan mengingat dosa-dosamu.” (HR. Ibnu Majah)
Alqomah Ibn Martsad berkisah, “Sifat zuhud bermuara pada delapan orang Tabi`in, salah satunya adalah al-Aswad Ibn Yazid. Dia adalah seorang yang tekun beribadah, dan berpuasa sampai-sampai wajahnya kelihatan menghijau dan menguning. Alqomah Ibn Qais bertanya kepadanya, “Untuk apakah penderitaan ini?” Ia menjawab, “Aku ingin mengistirahatkan jasad ini (dari siksa akhirat), sesungguhnya akhirat membutuhkan kesungguhan.”
Ketika sedang sakaratul maut ia menangis, maka ia ditanya: “Mengapa kamu takut?” ia menjawab: “Bagaimana aku tidak takut! Lalu siapakah yang berhak dariku akan hal itu?! Demi Allah, kalau sekiranya aku dianugerahi ampunan dari Allah SWT, niscaya rasa malu akan menggelayutiku, akibat dari perbuatanku! Sesungguhnya seorang yang berbuat kesalahan kepada seseorang, lalu orang tersebut memaafkanya, maka laki-laki itu akan sesenantiasa merasa malu pada orang yang memaafkanya.”
Salamah Ibn Sa’id bercerita bahwa pada suatu hari Ziyad tertawa sehingga suaranya terdengar melengking.” Lalu ia berucap, “Astaghfirullah!” dan iapun menangis dengan sangat keras. Setelah majlis tersebut bubar, teman-temanya berkata, “Kami tidak pernah melihat -semoga Allah memberi kemashalatan kepada tuan- suatu tangisan akibat dari tertawa, secepat tangisanmu yang kemarin!” Ziyad berkata, “Demi Allah, sesungguhnya pada saat itu aku terkenang suatu dosa yang pernah aku perbuat, dan aku sangat menikmatinya!, tapi kemudian aku mengingatnya maka akupun menangis karena takut akan akibat buruknya,” lalu iapun menagis lagi.”
Musa Ibn Isa al-Absi menuturkan, “Hudzaifah al-Mar`asyi memandangi seorang laki-laki yang sedang menangis. Hudzaifah bertanya, “Apakah gerangan yang menyebabkanmu menangis, wahai pemuda?!”
“Aku terkenang dosa-dosaku yang telah aku perbuat.” Jawab pemuda tersebut Kemudian Hudzaifiah ikut menangis, lalu berguman, “Benar! Wahai saudaraku! Untuk perbuatan dosalah kita patut menangis.”
Ibnu Hayyan menuturkan, “Aku telah mendengar Shalih al-Mirriy mengucapkan, “Jika anda tidak menangis atas dosa-dosa anda maka siapakah yang akan menangisi dosa-dosa itu sepeninggal anda?!” Lalu Shalih pun menangis dan berkata lagi, “Wahai saudara-saudaraku! Menangislah atas dosa-dosa! Sesungguhnya dosa-dosa itu jika telah mengotori hati, hingga hati itu tertutupi, maka tak satupun dari petuah-petuah yang akan melekat dihati.”
Bahr Abu Yahya berkata, “Aku mendengar salah seorang ahli
ibadah mengatakan, “Menangislah! Bagi siapa saja yang mengetahui bahwa
dia tidak akan selamat, melainkan dengan terus bersedih dan menangis.”
Lalu ia bersenandung, “
Barangsiapa mengalirkan air matanya karena dunia,
(Ketahuilah) sesungguhnya kami mengucurkan air mata karena menangis sebagai pengakuan atas dosa-dosa kami.
‘Athiyah al-Aufi berkata, “Telah sampai padaku sebuah
riwayat bahwa barangsiap menangis atas kesalahan-kesalahannya, maka itu
akan menghapus kesalahan-kesalahannya.
”Malik Ibn Dinar berkata, “Menangis atas dosa-dosa, itu
akan menghapuskannya, seperti angin yang menerbangkan dedaunan yang
kering!” [sumber:khadijahalumayah] | Islampos
0 comments:
Post a Comment